Saturday, August 21, 2010

Don't expect privacy from Twitter

Sangat menarik melihat fenomena Twitter yang mendunia. Seringkali saya memikirkan tentang betapa hebatnya sebuah media (Twitter) dapat memiliki fungsi yang sangat beragam, tergantung selera penggunanya. Saya pribadi menggunakan twitter untuk mendapatkan informasi secara cepat dan efisien. Menurut saya, sungguh convenient bisa follow berbagai account yang menarik minat dan mendapatkan informasi terbaru yang mereka sebarkan dalam timeline. Selain itu sisanya, Twitter saya gunakan sebagai media untuk keep in touch dengan lingkungan pergaulan saya serta ajang menyampah celetukan-celetukan tidak penting ;) Kesemuanya itu saya lakukan dengan sangat menyadari bahwa, tidak ada yang namanya privasi dalam dunia Twitter.

Ternyata tidak semua pengguna Twitter memahami betul apa maksud social media seperti Twitter, tergambar dalam contoh kasus yang pernah saya dengar dari seorang teman;

Suatu hari, seorang AE menuliskan tweet berisi keluh kesah pribadi tentang klien yang sedang dihadapi. Tidak berapa lama kemudian ternyata dirinya mendapatkan e-mail dari bos-nya. E-mail tersebut berisi teguran atas tweet yang dituliskannya. Tentu saja si AE jadi kesal dibuatnya. Ia marah kenapa bos-nya harus ikut campur dengan kehidupan pribadi yang dituliskannya dalam twitter. Menurutnya, account Twitter miliknya adalah sesuatu yang sangat pribadi dimana dia bebas menuliskan apapun yang dia mau.

Ada yang menarik disini. Memang benar adalah kebebasan tiap orang untuk menuliskan apapun pada Twitter mereka, dan Twitter pun mengesahkan kebebasan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah, tidak ada yang pribadi dalam Twitter. Begitu kita mengeluarkan pernyataan dalam bentuk tweet, saat itulah pernyataan tersebut tidak menjadi pribadi lagi, melainkan menjadi konsumsi publik atau para followers. Jadi?

Sebagai pengguna Twitter, kita harus siap akan dampak yang mungkin muncul dari peluncuran tweet kita. Ingatlah bahwa para followers-pun memiliki kebebasan yang sama untuk comment apapun tentang tweet kita. Sangatlah mungkin para followers menginterpretasikan tweet kita jauh berbeda dari yang kita maksudkan. Seperti kasus tadi, si AE menganggap bahwa tweet keluh kesahnya adalah hal yang biasa, namun si bos tidak sepaham dengannya, terbukti dengan teguran yang dilayangkan melalui e-mail.

Karena itulah ada golongan pengguna Twitter yang tidak mau menuliskan tweet berisi kemarahan atau kekesalan terhadap sesuatu. Simpy because...they don't want to get any trouble. So, be careful on what you tweet for... don't expect privacy from Twitter, it's impossible. Everything that we publish to the internet become public consumption, don't forget that.

Be wise on tweeting ;)